Tampilkan postingan dengan label Malaria. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Malaria. Tampilkan semua postingan

Jumat, 03 Januari 2014

Rangkaian Kegiatan Lokakarya II Telah Selesai Dilaksanakan

Selain di Sumatera Barat dan DKI Jakarta, kegiatan lokakarya II juga telah diadakan di tiga provinsi lainnya, yaitu Bali, Jawa Timur, dan Kalimantan Tengah. Sehingga, dapat dikatakan bahwa rangkaian kegiatan lokakarya II telah selesai dilaksanakan dengan rincian sebagai berikut:
No.
Lokasi Kajian
Waktu Pelaksanaan
Tempat Pelaksanaan
1
Sumatera Barat
21 – 22 Juni 2013
Hotel Axana, Padang
2
DKI Jakarta dan sekitarnya
19 – 20 September 2013
Hotel Alila, Jakarta
3
Bali
30 September – 2 Oktober 2013
Aston Kuta Hotel and Residence, Kuta
4
Jawa Timur
13 – 14 Oktober 2013
Hotel Inna Simpang, Surabaya
5
Kalimantan Tengah
26 – 27 November 2013
Hotel Amaris, Palangkaraya

Rangkaian kegiatan lokakarya II ini adalah sebagai salah satu kegiatan kerjasama Kementerian Kesehatan dengan Research Center for Climate Change (RCCC-UI) dan Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) dalam penelitian yang berjudul “Kajian Kerentanan Kesehatan Akibat Perubahan Iklim: Penilaian, Pemetaan, dan Adaptasi Berbasis Masyarakat pada Demam Berdarah Dengue dan Malaria” dan sebagai lanjutan dari kegiatan lokakarya I. Secara umum, kegiatan lokakarya II ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan pembuat kebijakan, sebagai peserta kegiatan ini, dalam mengantisipasi kecenderungan peningkatan kasus penyakit DBD dan malaria akibat perubahan iklim berdasarkan pada informasi keterkaitan antara perubahan iklim dengan pernyakit DBD dan malaria, termasuk distribusi populasi yang rentan. 

Kegiatan lokakarya II di Provinsi Bali sebagai salah satu rangkaian kegiatan lokakarya II di lima provinsi.

Sama seperti kegiatan lokakarya II yang telah dilaksanakan sebelumnya, yaitu lokakarya II di Sumatera Barat dan DKI Jakarta, kegiatan lokakarya II di Provinsi Bali, Jawa Timur, dan Kalimantan Tengahpada hari pertama adalah presentasi dari tim peneliti mengenai cara pengolahan serta analisis data kesehatan dan spasial hingga diperoleh informasi yang dapat disajikan dalam presentasi. Pada hari kedua, kegiatan dilanjutkan dengan presentasi hasil pengolahan data DBD, Malaria, dan iklim oleh peserta. Untuk Provinsi Bali, peserta dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok Kota Denpasar, Kabupaten Jembrana, dan Kabupaten Badung. Sebelumnya, masing-masing kelompok melakukan pengolahan data untuk wilayahnya masing-masing sehingga peserta memperoleh gambaran mengenai kondisi penyakit di maisng-masing wilayah tersebut. Untuk Provinsi Jawa Timur, peserta dibagi menjadi enam kelompok, yaitu kelompok Kota Surabaya, Kabupaten Malang, Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pasuruan, dan kelompok Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. Sedangkan untuk Provinsi Kalimantan Tengah, peserta dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok Kota Palangkaraya, Kabupaten Barito Utara, Kabupaten Kotawaringin Barat, dan Kabupaten Kotawaringin Timur.


Jumat, 19 Juli 2013

Lokakarya "Pengembangan Metode dan Instrumen Penelitian Kerentanan Perubahan Iklim" di Provinsi Bali

Kegiatan Lokakarya I berjudul "Pengembangan Metode dan Instrumen Penelitian Kerentanan Perubahan Iklim" di Provinsi Bali diselenggarakan pada tanggal 4-5 Juli 2013 bertempat di Grand Istana Rama Hotel. Acara tersebut dihadiri oleh BBTKL Surabaya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, perwakilan dari tiga stasiun BMKG, staf Dinas Kesehatan di tingkat kabupaten/kota, dan peserta dari Puskesmas.

Kegiatan lokakarya pada hari pertama diisi dengan presentasi dari Dinas Kesehatan, Badan Pusat Statistik, dan stasiun BMKG untuk membahas kondisi fisik wilayah, sosial demografi, infrastruktur, kesehatan, dan vektor penyakit dari Provinsi Bali. Stasiun BMKG yang berpartisipasi dalam acara lokakarya meliputi Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Bali; Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai, Kab. Badung; dan Stasiun Klimatologi Kelas II Negara, Kab. Jembrana.

Sementara itu, sama seperti lokakarya yang diselenggarakan di Provinsi Sumatera Barat dan DKI Jakarta sebelumnya, lokakarya pada hari kedua diisi dengan kegiatan pemetaan oleh masing-masing perwakilan Puskesmas mengenai kasus penderita DBD dan Malaria serta diskusi mengenai data kesehatan. Sesi pemetaan dilakukan dengan cara penitikan kasus DBD dan Malaria sesuai dengan alamat penderita pada peta yang telah disediakan oleh panitia.

Berikut adalah dokumentasi kegiatan Lokakarya I di Provinsi Bali.

Kegiatan Lokakarya I Pengembangan Metoda dan Instrumen Riset Kerentanan Perubahan Iklim yang dibuka oleh Kabid PP & PL Dinkes Provinsi Bali, dr. Gede Wira Sunetra, MPPM di Grand Istana Rama Hotel, Kuta.

Presentasi metode dan instrumen rencana pengumpulan data kesehatan disampaikan oleh tim peneliti, drg. Sri Tjahjani BU, M.Kes.

Presentasi metode dan instrumen rencana pengumpulan data spasial disampaikan oleh tim peneliti, Bambang Marhaendra, S.Si, ME.

Kegiatan Lokakarya I membahas strategi workshop di 3 kab/kota dan pengembangan instrumen pengumpulan data kasus DBD, malaria, demografi, dan perubahan Iklim dihadiri oleh peserta dari Dinkes Provinsi Bali, Dinkes Kota Denpasar, Dinkes Kabupaten Badung, dan Dinkes Kabupaten Jembrana.

Presentasi data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, Indra Susilo, BP. Sp., MM, mengenai jumlah penduduk, kepadatan penduduk, tingkatan pendidikan, usia penduduk, jenis pekerjaan, jenis kelamin, dan kesejahteraan.

Presentasi data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali, I Wayan Nurja, SKM mengenai sarana dan prasarana kesehatan, trend kasus DBD/malaria, dan data API Bali.

Presentasi data 30 tahun dari Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar, Stasiun Meteorologi Kelas I Ngurah Rai Badung, dan Stasiun Klimatologi Kelas II Negara Jembrana masing-masing oleh I Nyoman Gede Wiryajaya, STP, I, Desindra Deddy Kurniawan, SP, dan Wakodim, SP.

Dok.: tim RCCC-UI

Kamis, 18 Juli 2013

Lokakarya “Input dan Analisis Data Kasus DBD, Malaria, dan Perubahan Iklim” di Prov. Sumatera Barat

Pada tanggal 21-22 Juni 2013, tim Proyek “Kajian Kerentanan Kesehatan Akibat Perubahan Iklim: Penilaian, Pemetaan, dan Adaptasi Berbasis Masyarakat pada Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Malaria” menyelenggarakan kegiatan lokakarya “Input dan Analisis Data Kasus DBD, Malaria, dan Perubahan Iklim” di The Axana Hotel, Padang, Provinsi Sumatera Barat. Kegiatan lokakarya ini (selanjutnya disebut sebagai Lokakarya II) merupakan kelanjutan dari kegiatan Lokakarya I. Peserta kegiatan Lokakarya II memiliki lingkup yang lebih kecil dari kegiatan Lokakarya I, meliputi Kabid PP dan Bencana Dinkes Provinsi Sumatera Barat dan perwakilan Dinas Kesehatan di tingkat kabupaten/kota, tepatnya dari Bidang Surveillance dan Penyehatan Lingkungan. Kabupaten/kota yang berpartisipasi dalam acara ini, antara lain Kota Padang, Kab. Padang Pariaman, Kota Padang Panjang, dan Kota Bukittinggi.

Penyelenggaraan kegiatan Lokakarya II bertujuan untuk meningkatkan kapasitas peserta lokakarya, khususnya di tingkat kabupaten/kota, dalam hal pengolahan dan analisis data DBD dan Malaria di Provinsi Sumatera Barat. Melalui kegiatan ini, peserta juga diharapkan memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan hasil analisis tersebut untuk menentukan daerah prioritas dan menyusun program yang akan dilakukan di kabupaten/kota masing-masing.

Kegiatan Lokakarya II berisi tutorial dan pelatihan manajemen dan analisis data menggunakan data kesehatan dan spasial lokal. Data spasial diperoleh dari hasil Lokakarya 1 yang membahas tentang metode dan proses pengumpulan data yang akurat dan sensitif dalam melakukan pemetaan kerentanan wilayah dan penduduk dari risiko DBD dan Malaria. Metode yang digunakan pada pengolahan data kesehatan, yaitu dengan sistem data sheet yang diolah dengan program statistik sederhana.

Acara lokakarya pada hari pertama diisi dengan presentasi modul manajemen data kesehatan dan data spasial oleh tim pusat. Setelah presentasi, peserta diminta langsung mempraktekkan isi modul dengan dipandu oleh tim pusat. Setelah peserta memahami langkah-langkah pengolahan data, peserta kemudian diharuskan melanjutkan analisis data berdasarkan kabupaten/kota masing-masing. Hasil diskusi tersebut dipersiapkan untuk presentasi pada acara lokakarya hari kedua.

Lokakarya hari kedua diawali dengan lanjutan diskusi dan persiapan presentasi hasil pengolahan data. Masing-masing kelompok kabupaten/kota selanjutnya mempresentasikan hasil diskusi mereka di hadapan tim pusat dan peserta lainnya. Sesi presentasi juga diselingi dengan diskusi dan tanya jawab mengenai interpretasi data.

Kegiatan Lokakarya II Input dan Analisis Data Kasus DBD, Malaria, dan Perubahan Iklim yang dibuka oleh Kabid PP & Bencana Dinkes Provinsi Sumatera Barat, DR. dr. Irene, MKM di The Axana Hotel, Padang.

Presentasi teknik pengolahan data kesehatan berupa data kasus DBD, malaria, dan curah hujan dilakukan oleh tim peneliti. Model yang digunakan untuk presentasi dan praktikum pengolahan data merupakan data DBD, Malaria, dan Curah Hujan tahun 2010 Kota Padang.

Kegiatan Lokakarya II berupa praktik pengolahan data kasus DBD, malaria, dan perubahan Iklim dilakukan oleh peserta dari Dinkes Provinsi Sumatera Barat, Dinkes Kabupaten Padang Pariaman, Dinkes Kota Padang, Dinkes Kota Bukittinggi, dan Dinkes Kota Padang Panjang.

Presentasi teknik pengolahan data spasial berupa persebaran kasus DBD dan Malaria, berikut kerentanan wilayah terhadap penyakit tersebut di Provinsi Sumatera Barat. Model yang digunakan dalam presentasi merupakan data kasus DBD, Malaria, dan perubahan iklim kota Padang, Sumatera Barat.

Presentasi dan sesi tanya jawab hasil pengolahan data kasus DBD, Malaria, dan Perubahan Iklim yang dilakukan tim dari Dinkes Kota Padang Panjang

Presentasi dan sesi tanya jawab hasil pengolahan data kasus DBD, Malaria, dan Perubahan Iklim yang dilakukan tim dari Dinkes Kota Bukittinggi

Presentasi dan sesi tanya jawab hasil pengolahan data kasus DBD, Malaria, dan Perubahan Iklim yang dilakukan tim dari Dinkes Kabupaten Padang Pariaman

Presentasi dan sesi tanya jawab hasil pengolahan data kasus DBD, Malaria, dan Perubahan Iklim yang dilakukan tim dari Dinkes Kota Padang

Dok.: tim RCCC-UI

Rabu, 03 Juli 2013

Lokakarya "Pengembangan Metode dan Instrumen Penelitian Kerentanan Perubahan Iklim" di Prov. DKI Jakarta

Kegiatan Lokakarya I di Provinsi DKI Jakarta telah dilaksanakan pada 11–12 Juni 2013 di Hotel Novotel. Secara keseluruhan, pihak yang menghadiri kegiatan ini meliputi tim RCCC-UI, perwakilan tim Kementerian Kesehatan, staf Puskesmas, staf Bagian Penyehatan Lingkungan dan Surveilans di Dinas Kesehatan, dan narasumber dari Dinas Kesehatan Provinsi dan BMKG.

Kegiatan hari pertama diisi dengan presentasi dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta dan FGD dengan enumerator mengenai wilayah genangan, sumber air, pekerjaan, mobilitas, modifikasi dan aksi lingkungan. Selama FGD, fasilitator memandu tiap pertanyaan dalam kuisioner sehingga para enumerator dapat memberikan jawaban secara tepat.

Sementara itu, kegiatan lokakarya pada hari kedua diisi dengan kegiatan presentasi dari BMKG pusat maupun stasiun BMKG (Cengkareng dan Kemayoran) mengenai kondisi iklim di sekitar wilayah Jakarta. Selanjutnya, acara diisi dengan kegiatan pemetaan kasus DBD dan Malaria oleh masing-masing perwakilan Puskesmas.







Dok.: tim RCCC-UI

Selasa, 18 Juni 2013

Lokakarya "Pengembangan Metode dan Instrumen Penelitian Kerentanan Perubahan Iklim" di Prov. Sumatera Barat

Lokakarya I berjudul "Pengembangan Metode dan Instrumen Penelitian kerentanan Perubahan Iklim" di Padang, Provinsi Sumatera Barat, telah diselenggarakan di Hotel HW pada tanggal 17-18 Mei 2013. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada para peserta lokakarya mengenai metode dan proses pengumpulan data yang akurat dan sensitif dalam melakukan pemetaan kerentanan wilayah dan penduduk dari risiko DBD dan Malaria.

Pada hari pertama, kegiatan diisi dengan presentasi dari Bappeda Provinsi Sumatera Barat, Dinas Kependudukan Provinsi Sumatera Barat, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan dan stasiun BMKG di empat kabupaten/kota (Stasiun Sicincin, Meteorologi Tabing, Geofisika Padang Panjang, dan GAW Kototabang) mengenai kondisi fisik wilayah, sosial demografi, infrastruktur, kesehatan, dan vektor penyakit.

Kegiatan lokakarya pada hari kedua diisi dengan kegiatan pemetaan oleh masing-masing wakil Puskesmas mengenai kasus DBD dan Malaria di wilayahnya masing-masing, serta diskusi mengenai data kesehatan. Variabel-variabel yang didiskusikan tersebut meliputi wilayah genangan, sumber air, pekerjaan, mobilitas, modifikasi dan aksi lingkungan.

Berikut adalah beberapa dokumentasi kegiatan lokakarya tersebut.

Sambutan oleh Dr. Budi Haryanto (Tim Riset RCCC UI), Dr. Irrene, MKM (Perwakilan Dinkes Prov. Sumbar) dan acara dibuka oleh drh. Wilfried H. Purba, MM, M.Kes (Direktur P2PL Kemenkes RI)
Pemaparan materi oleh tim peneliti Universitas Indonesia. Bambang Marhaendra, S.Si, ME (Data Spasial) dan Dr. Ratu Ayu Dewi Sartika, Apt, M.Sc (Data Kesehatan)
Presentasi narasumber mengenai data demografi dan kependudukan oleh Bapak Dasran 
(Pencatatan Sipil Pemerintah Daerah Sumatera Barat)
Presentasi narasumber mengenai data iklim oleh Bapak Herizal 
(Stasiun GAW Kota Bukittinggi)
Presentasi narasumber mengenai data kesehatan oleh Dr. Irrene, MKM 
(Dinkes Prov. Sumatera Barat)
Presentasi narasumber mengenai data iklim oleh Bapak Budi Iman 
(Stasiun Meteorologi Tabing Padang)
Suasana pemetaan kasus DBD dan Malaria pada kegiatan lokakarya hari kedua (1)
Suasana pemetaan kasus DBD dan Malaria pada kegiatan lokakarya hari kedua (2)

Dok.: tim RCCC-UI

Rabu, 08 Mei 2013

Sekilas Penyakit Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (Plasmodium sp.) yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. Penyakit malaria dapat menyerang semua kalangan, baik pria maupun wanita, dan pada semua golongan umur, dari bayi hingga dewasa. Diperkirakan 45% penduduk Indonesia berisiko tertular malaria. Kematian karena malaria dapat mempengaruhi tingginya kematian bayi, anak balita, dan ibu hamil dan menurunkan produktivitas sumber daya manusia.

Di Indonesia terdapat 424 kabupaten endemis malaria dari total 497 kabupaten yang ada. Berdasarkan Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (2011), annual parasite index (API) yang merupakan indikator angka kejadian malaria menurun dari 2,47 per 1000 penduduk pada tahun 2008 menjadi 1,85 per 1000 penduduk pada tahun 2009. Bila dilihat per provinsi dari tahun 2008 – 2009, provinsi dengan API tertinggi adalah Papua Barat, NTT, dan Papua. Secara umum, pada tahun 2008 – 2009 Indonesia memiliki 12 provinsi dengan API yang berada di atas angka API nasional. Di sisi lain, menurut data statistik rumah sakit, angka kematian (case fatality rate; CFR) penderita yang disebabkan malaria untuk semua kelompok umur menurun drastis dari tahun 2004 ke tahun 2006 (dari 10,61% menjadi 1,34%). Namun dari tahun 2006 sampai tahun 2009, CFR cenderung meningkat hingga lebih dua kali lipat.


Penyebab Malaria

Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Berdasarkan konfirmasi vektor di Indonesia yang telah dilakukan sejak tahun 1919 hingga tahun 2009, terdapat 25 spesies Anopheles sp. yang ditemukan positif membawa parasit malaria. Menurut tempat berkembang biaknya, vektor malaria dapat dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yaitu nyamuk yang berkembang biak di persawahan, perbukitan/hutan, dan pantai/aliran sungai.

Nyamuk Anopheles vagus
Sumber: http://www.fehd.gov.hk/english/safefood/photo_page2/Culicidae/Anopheles%20vagus.html

Ke-25 jenis vektor tersebut memiliki waktu aktivitas menggigit yang berbeda. Hingga saat ini, waktu menggigit yang telah diketahui yaitu pukul 17.00-18.00, sebelum pukul 24.00 (20.00-23.00), dan setelah pukul 24.00 (00.00-4.00). Vektor malaria dengan waktu aktivitas menggigit pukul 17.00-18.00 adalah An. tesselatus; sebelum jam 24.00 adalah An. aconitus, An. annullaris, An. barbirostris, An. kochi, An. sinensis, An.vagus; dan vektor yang menggigit setelah pukul 24.00 adalah An. farauti, An. koliensis, An. leucosphyrosis, An. unctullatus.

Selain itu, di Indonesia terdapat beberapa jenis plasmodium yang merupakan parasit penyebab malaria, meliputi Plasmodium falsifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, dan jenis campuran. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan bahwa Plasmodium falsifarum menyebabkan 86,4% kasus malaria, Plasmodium vivax sebanyak 6,9%, dan spesies lainnya berkontribusi sebesar 6,7%.


Mekanisme Penularan Malaria

Jika terdapat nyamuk Anopheles sp. yang menggigit penderita malaria, maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembang biak. Setelah 7 – 14 hari, apabila nyamuk tersebut menggigit orang sehat maka parasit akan ditularkan kepada orang sehat tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit akan berkembang biak dan menyerang sel-sel darah merah. Gejala penyakit malaria baru akan ditunjukkan oleh penderita dalam kurun waktu kurang lebih 12 hari sejak penderita digigit.

Siklus transmisi malaria
Dimodifikasi dari: http://bepast.org/dataman.pl?c=lib&dir=docs/photos/malaria/


Gejala Malaria

Gejala Malaria Ringan

  • Demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala
  • Pucat karena kurang darah
  • Kadang-kadang dimulai dengan badan terasa lemah, mual/muntah, dan nafsu makan rendah
  • Gejala spesifik daerah, misalnya pada anak-anak disertai dengan diare

Gejala Malaria Berat

  • Kejang-kejang
  • Kehilangan kesadaran (mengigau, bicara salah, tidur terus menerus, menjadi lebih diam, perubahan tingkah laku)
  • Kuning pada mata
  • Panas tinggi
  • Kencing berwarna teh tua
  • Nafas cepat
  • Muntah secara terus menerus
  • Pingsan hingga koma


Akibat Penyakit Malaria

  1. Penderita mengalami kekurangan darah (anemia) karena sel darah merah hancur dirusak oleh parasit dan berakibat:
    • Daya tahan tubuh menuruh hingga mudah terinfeksi penyakit lain
    • Daya kerja menurun
    • Pertumbuhan otak pada anak-anak dapat terhambat, terutama pada masa dalam kandungan hingga usia balita
    • Anak sekolah sering tidak masuk dan sulit menangkap pelajaran
  2. Pada ibu hamil dapat menyebabkan:
    • Bayi lahir mati
    • Bayi lahir dengan berat badan rendah
    • Bayi anemia
    • Ibu hamil meninggal 
  3. Pembuluh darah otah tersumbat menyebabkan:
    •  Kejang-kejang
    • Kehilangan kesadaran
    • Pingsan hingga koma
    • Hilang ingatan
    • Meninggal bila tidak segera diobati


Cara Pencegahan Malaria

1. Menghindari gigitan nyamuk

  • Tidur menggunakan kelambu anti nyamuk yang tahan 2 hingga 5 tahun, dapat dicuci hingga 20 kali
  • Menggunakan obat anti nyamuk
  • Memakai obat oles anti nyamuk
  • Memasang kawat kassa di setiap ventilasi
  • Tidak berada di luar rumah pada malam hari
  • Jika keluar rumah sebaiknya menggunakan pakaian yang tertutup (menggunakan baju lengan panjang) atau menggunakan obat anti nyamuk oles (repellent)

2. Pengobatan pencegahan

Dua hari sebelum berangkat ke darah malaria meminum obat doksisiklin 1x1 kapsul/hari hingga 2 minggu setelah keluar dari lokasi tersebut

3. Membersihkan lingkungan

  • Membersihkan lingkungan
  • Menimbun genangan air
  • Membersihkan lumut
  • Mengalirkan air yang tergenang

4. Menebarkan ikan pemakan jentik

Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik, seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, dan mujair.

Ikan pemakan jentik: ikan gupi (kiri) dan nila merah (kanan)
Sumber: http://cintabahari.com/ikan-cereguppy-dapat-menghilangkan-jentik-nyamuk (kiri)
http://jakartacity.olx.co.id/ikan-nila-merah-hidup-iid-448301197 (kanan)


Cara Pengobatan Malaria

  • Pengobatan diberikan setelah penderita dinyatakan positif malaria dengan pemeriksaan laboratorium (mikroskopis) maupun Rapid Diagnostic Test (RDP) di tempat pelayanan kesehatan
  • Obat yang digunakan adalah Artemisinin-based Combination Therapy (ACT)
  • Obat diminum setelah makan (perut tidak kosong) sampai habis selama tiga hari sesuai dengan takaran
  • Apabila obat telah diminum sampai habis tetapi belum sembuh, penderita sebaiknya segera mendatangi Puskesmas


Tempat Pengobatan

  • Pos malaria desa (Posmaldes) atau Pos kesehatan desa (Poskesdes)
  • Petugas kesehatan setempat
  • Puskesmas pembantu
  • Puskesmas
  • Rumah sakit


Dikutip dengan perubahan dari:

  • Kementerian Kesehatan RI. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, edisi Triwulan I tahun 2011.
  • Brosur Kenali dan Berantas Malaria, dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI

Senin, 06 Mei 2013

Perubahan Iklim Yang Berdampak Pada Penyakit DBD dan Malaria


Pemanasan global saat ini menjadi salah satu masalah yang penting bagi dunia, karena dampak yang ditimbulkannya sangat berpengaruh dalam segala macam bidang, apalagi dalam hal kesehatan.

Kondisi Perubahan iklim yang sangat tidak menentu menyebabkan makin berkembangnya berbagai macam penyakit, apalagi curah hujan yang tinggi saat ini sangat berpotensi bagi penyakit seperti Demam Berdarah Dengue dan Malaria menyebar di masyarakat.

Melihat fenomena ini, Kementerian Kesehatan RI yang bekerja sama dengan Research Center for Climate Change, Univeritas Indonesia (RCCC-UI) dan didukung oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) menjalankan Proyek “Kajian Kerentanan Kesehatan Akibat Perubahan Iklim: Penilaian, Pemetaan dan Adaptasi Berbasis Masyarakat Pada Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Malaria” guna meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kecenderungan peningkatan kasus penyakit DBD dan Malaria.

"Kondisi iklim yang mulai berubah sangat berpengaruh terhadap perkembangan vektor penyebab penyakit di suatu daerah. Hal ini akan diperkuat dengan melemahnya daya tahan tubuh manusia," ungkap Prof. dr. Tjandara Yoga Aditama, Sp(K), MARS, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI.


Hal ini disampaikan beliau pada saat acara peresmian Kick Off Meeting proyek Kajian Kerentanan Kesehatan Akibat Perubahan Iklim: Penilaian, Pemetaan dan Adaptasi Berbasis Masyarakat Pada Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Malaria” guna meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kecenderungan peningkatan kasus penyakit DBD dan Malaria, di Hotel Nalendra, Jakarta  Timur, Rabu 27 Maret 2013.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Direktur Lingkungan Hidup Badan Pembangunan Nasional (Bappenas), serta perwakilan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Sekretariat ICCTF, UNDP, dan Universitas Indonesia.

Tjandra mengungkapkan, dari kajian ini diharapkan dapat diperoleh model proyeksi perubahan iklim terkait insiden penyakit DBD dan Malaria berikut peta distribusi wilayah rentan di 21 kabupaten/kota di Indonesia.

Ke-21 kabupaten/kota tersebut tersebar di Provinsi Sumatera Barat (Kota Padang, Kabupaten Padang, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Padang Panjang), Provnsi DKI Jakarta (Jakarta Pusat dan Jakarta Utara), Provinsi Banten (Kota Tanggerang dan Kabupaten Tanggerang), Provinsi Jawa Timur (Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Banyuwangi), Provinsi Bali (Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Karang Asem), dan Provinsi Kalimantan Tengah (Kota Palangkaraya, Kabupaten Muara Teweh, Kabupaten Kotawaringin Barat, dan Kabupaten Kotawaringin Timur).


Dok.: PMU Proyek ICCTF - Kemenkes