Rabu, 15 Mei 2013

Tips Ramah Lingkungan


Di zaman yang penuh dengan kesibukan ini kadang kita kurang memperhatikan apa yang ada disekitar kita, seperti kepedulian terhadap lingkungan. Berikut ini adalah tips yang bisa anda lakukan untuk mengurangi kerusakan pada lingkungan kita.

  1. Minimalisirkan suhu AC. Hindari penggunaan suhu maksimal. Gunakan AC pada  tingkatan sampai kita merasa cukup nyaman saja. Dan cegah kebocoran dari ruangan ber-AC anda. Jangan biarkan ada celah yang terbuka jika anda sedang menggunakan AC anda karena hal tersebut akan membuat AC bekerja lebih keras untuk mendinginkan ruangan anda. Pada akhirnya hal ini akan menghemat tagihan listrik anda.
  2. Gunakan timer untuk menghindari lupa mematikan AC. Gunakan timer sesuai dengan kebiasaan anda. Misalnya jam kantor anda adalah pukul 8.00 sampai 17.00. set timer AC anda sesuai dengan jam kantor tersebut. Dengan begitu tidak ada lagi insiden lupa mematikan AC hingga keesokan harinya.
  3. Gunakan pemanas air tenaga surya. Meskipun lebih mahal, dalam jangka panjang hal ini akan menghemat tagihan listrik anda. (Bahkan saat ini sudah ada penerang jalan dengan tenaga surya).
  4. Matikan lampu tidak terpakai dan jangan tinggalkan air menetes. Selain menghemat energi dan air bersih, ini akan menghemat banyak tagihan anda.
  5. Gunakan lampu hemat energi. Meskipun lebih mahal, rata-rata mereka lebih kuat 8 kali dan lebih hemat hingga 80% dari lampu pijar biasa.
  6. Maksimalkan pencahayaan dari alam. Gunakan warna terang  ditembok, gunakan genteng  kaca diplafon, maksimalkan pencahayaan melalui jendela.
  7. Hindari posisi stand by pada elektronik anda. Jika semua peralatan rumah tangga kita akan mengurangi emisi CO2 yang luar biasa dari penghematan energi listrik. Gunakan colokan lampu yang ada tombol on-off-nya, atau cabut kabel dari sumber listriknya.
  8. Jika pengisian ulang baterai anda sudah penuh, segera cabut. Telepon genggam, pencukur elektrik, sikat gigi elektrik, kamera, dll. Jika sudah penuh segera cabut.
  9. Kurangi waktu dalam membuka lemari es anda. Untuk setiap menit anda membuka pintu lemari es, akan diperlukan 3 menit full energi untuk mengembalikan suhu kulkas ke suhu yang diinginkan. 
  10. Jangan membeli bunga potong. Jika daerah anda bukan penghasil bunga hias, maka bisa dipastikan bunga itu dikirim dari tempat lain. Hal ini akan menghasilkan “jejak karbon” yang besar.
  11. Potong makanan dalam ukuran yang lebih kecil. Ukuran potongan yang lebih kecil akan menggunakan energi lebih sedikit untuk memasaknya.
  12. Gunakan air dingin untuk mencuci dan cucilah dalam jumlah banyak. Jika anda memiliki keluarga kecil, tidaklah perlu setiap hari mencuci. Kumpulkanlah sampai kapasitas mesin cuci anda terpenuhi, hal ini akan menghemat air, mengurangi pemakaian listrik dan juga mengurangi pencemaran akibat deterjen anda.
  13. Gunakan deterjen dan pembersih ramah lingkungan. saat ini mungkin harganya memang lebih mahal. Tetapi bila anda mampu, lakukanlah demi masa depan anak cucu kita.
  14. Gunakan ulang perabotan rumah anda. Jika anda sudah bosan dengan perabotan anda, anda bisa melakukan obral garasi rumah, berikan kepada orang lain atau bawa ke pengrajin untuk dimodifikasi sesuai keinginan.
  15. Donasikan mainan yang sudah tidak dipakai.
  16. Jika menggunakan deodorant atau produk-produk semprot lainnya, jangan menggunakan aerosol. Pilihan spray dengan kemasan botol kaca akan lebih baik. Aerosol juga penyumbang besar dalam pencemaran udara.


Sumber:
Media Komunikasi Lingkungan (Serasi)

Rabu, 08 Mei 2013

Sekilas Penyakit Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh parasit (Plasmodium sp.) yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp. Penyakit malaria dapat menyerang semua kalangan, baik pria maupun wanita, dan pada semua golongan umur, dari bayi hingga dewasa. Diperkirakan 45% penduduk Indonesia berisiko tertular malaria. Kematian karena malaria dapat mempengaruhi tingginya kematian bayi, anak balita, dan ibu hamil dan menurunkan produktivitas sumber daya manusia.

Di Indonesia terdapat 424 kabupaten endemis malaria dari total 497 kabupaten yang ada. Berdasarkan Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (2011), annual parasite index (API) yang merupakan indikator angka kejadian malaria menurun dari 2,47 per 1000 penduduk pada tahun 2008 menjadi 1,85 per 1000 penduduk pada tahun 2009. Bila dilihat per provinsi dari tahun 2008 – 2009, provinsi dengan API tertinggi adalah Papua Barat, NTT, dan Papua. Secara umum, pada tahun 2008 – 2009 Indonesia memiliki 12 provinsi dengan API yang berada di atas angka API nasional. Di sisi lain, menurut data statistik rumah sakit, angka kematian (case fatality rate; CFR) penderita yang disebabkan malaria untuk semua kelompok umur menurun drastis dari tahun 2004 ke tahun 2006 (dari 10,61% menjadi 1,34%). Namun dari tahun 2006 sampai tahun 2009, CFR cenderung meningkat hingga lebih dua kali lipat.


Penyebab Malaria

Penyakit malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles sp. Berdasarkan konfirmasi vektor di Indonesia yang telah dilakukan sejak tahun 1919 hingga tahun 2009, terdapat 25 spesies Anopheles sp. yang ditemukan positif membawa parasit malaria. Menurut tempat berkembang biaknya, vektor malaria dapat dikelompokkan ke dalam tiga tipe, yaitu nyamuk yang berkembang biak di persawahan, perbukitan/hutan, dan pantai/aliran sungai.

Nyamuk Anopheles vagus
Sumber: http://www.fehd.gov.hk/english/safefood/photo_page2/Culicidae/Anopheles%20vagus.html

Ke-25 jenis vektor tersebut memiliki waktu aktivitas menggigit yang berbeda. Hingga saat ini, waktu menggigit yang telah diketahui yaitu pukul 17.00-18.00, sebelum pukul 24.00 (20.00-23.00), dan setelah pukul 24.00 (00.00-4.00). Vektor malaria dengan waktu aktivitas menggigit pukul 17.00-18.00 adalah An. tesselatus; sebelum jam 24.00 adalah An. aconitus, An. annullaris, An. barbirostris, An. kochi, An. sinensis, An.vagus; dan vektor yang menggigit setelah pukul 24.00 adalah An. farauti, An. koliensis, An. leucosphyrosis, An. unctullatus.

Selain itu, di Indonesia terdapat beberapa jenis plasmodium yang merupakan parasit penyebab malaria, meliputi Plasmodium falsifarum, Plasmodium vivax, Plasmodium malariae, Plasmodium ovale, dan jenis campuran. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 menunjukkan bahwa Plasmodium falsifarum menyebabkan 86,4% kasus malaria, Plasmodium vivax sebanyak 6,9%, dan spesies lainnya berkontribusi sebesar 6,7%.


Mekanisme Penularan Malaria

Jika terdapat nyamuk Anopheles sp. yang menggigit penderita malaria, maka parasit akan ikut terhisap bersama darah penderita. Dalam tubuh nyamuk, parasit tersebut berkembang biak. Setelah 7 – 14 hari, apabila nyamuk tersebut menggigit orang sehat maka parasit akan ditularkan kepada orang sehat tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit akan berkembang biak dan menyerang sel-sel darah merah. Gejala penyakit malaria baru akan ditunjukkan oleh penderita dalam kurun waktu kurang lebih 12 hari sejak penderita digigit.

Siklus transmisi malaria
Dimodifikasi dari: http://bepast.org/dataman.pl?c=lib&dir=docs/photos/malaria/


Gejala Malaria

Gejala Malaria Ringan

  • Demam menggigil secara berkala dan biasanya disertai sakit kepala
  • Pucat karena kurang darah
  • Kadang-kadang dimulai dengan badan terasa lemah, mual/muntah, dan nafsu makan rendah
  • Gejala spesifik daerah, misalnya pada anak-anak disertai dengan diare

Gejala Malaria Berat

  • Kejang-kejang
  • Kehilangan kesadaran (mengigau, bicara salah, tidur terus menerus, menjadi lebih diam, perubahan tingkah laku)
  • Kuning pada mata
  • Panas tinggi
  • Kencing berwarna teh tua
  • Nafas cepat
  • Muntah secara terus menerus
  • Pingsan hingga koma


Akibat Penyakit Malaria

  1. Penderita mengalami kekurangan darah (anemia) karena sel darah merah hancur dirusak oleh parasit dan berakibat:
    • Daya tahan tubuh menuruh hingga mudah terinfeksi penyakit lain
    • Daya kerja menurun
    • Pertumbuhan otak pada anak-anak dapat terhambat, terutama pada masa dalam kandungan hingga usia balita
    • Anak sekolah sering tidak masuk dan sulit menangkap pelajaran
  2. Pada ibu hamil dapat menyebabkan:
    • Bayi lahir mati
    • Bayi lahir dengan berat badan rendah
    • Bayi anemia
    • Ibu hamil meninggal 
  3. Pembuluh darah otah tersumbat menyebabkan:
    •  Kejang-kejang
    • Kehilangan kesadaran
    • Pingsan hingga koma
    • Hilang ingatan
    • Meninggal bila tidak segera diobati


Cara Pencegahan Malaria

1. Menghindari gigitan nyamuk

  • Tidur menggunakan kelambu anti nyamuk yang tahan 2 hingga 5 tahun, dapat dicuci hingga 20 kali
  • Menggunakan obat anti nyamuk
  • Memakai obat oles anti nyamuk
  • Memasang kawat kassa di setiap ventilasi
  • Tidak berada di luar rumah pada malam hari
  • Jika keluar rumah sebaiknya menggunakan pakaian yang tertutup (menggunakan baju lengan panjang) atau menggunakan obat anti nyamuk oles (repellent)

2. Pengobatan pencegahan

Dua hari sebelum berangkat ke darah malaria meminum obat doksisiklin 1x1 kapsul/hari hingga 2 minggu setelah keluar dari lokasi tersebut

3. Membersihkan lingkungan

  • Membersihkan lingkungan
  • Menimbun genangan air
  • Membersihkan lumut
  • Mengalirkan air yang tergenang

4. Menebarkan ikan pemakan jentik

Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik, seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, dan mujair.

Ikan pemakan jentik: ikan gupi (kiri) dan nila merah (kanan)
Sumber: http://cintabahari.com/ikan-cereguppy-dapat-menghilangkan-jentik-nyamuk (kiri)
http://jakartacity.olx.co.id/ikan-nila-merah-hidup-iid-448301197 (kanan)


Cara Pengobatan Malaria

  • Pengobatan diberikan setelah penderita dinyatakan positif malaria dengan pemeriksaan laboratorium (mikroskopis) maupun Rapid Diagnostic Test (RDP) di tempat pelayanan kesehatan
  • Obat yang digunakan adalah Artemisinin-based Combination Therapy (ACT)
  • Obat diminum setelah makan (perut tidak kosong) sampai habis selama tiga hari sesuai dengan takaran
  • Apabila obat telah diminum sampai habis tetapi belum sembuh, penderita sebaiknya segera mendatangi Puskesmas


Tempat Pengobatan

  • Pos malaria desa (Posmaldes) atau Pos kesehatan desa (Poskesdes)
  • Petugas kesehatan setempat
  • Puskesmas pembantu
  • Puskesmas
  • Rumah sakit


Dikutip dengan perubahan dari:

  • Kementerian Kesehatan RI. 2011. Epidemiologi Malaria di Indonesia. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, edisi Triwulan I tahun 2011.
  • Brosur Kenali dan Berantas Malaria, dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI

Senin, 06 Mei 2013

Perubahan Iklim Yang Berdampak Pada Penyakit DBD dan Malaria


Pemanasan global saat ini menjadi salah satu masalah yang penting bagi dunia, karena dampak yang ditimbulkannya sangat berpengaruh dalam segala macam bidang, apalagi dalam hal kesehatan.

Kondisi Perubahan iklim yang sangat tidak menentu menyebabkan makin berkembangnya berbagai macam penyakit, apalagi curah hujan yang tinggi saat ini sangat berpotensi bagi penyakit seperti Demam Berdarah Dengue dan Malaria menyebar di masyarakat.

Melihat fenomena ini, Kementerian Kesehatan RI yang bekerja sama dengan Research Center for Climate Change, Univeritas Indonesia (RCCC-UI) dan didukung oleh Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) menjalankan Proyek “Kajian Kerentanan Kesehatan Akibat Perubahan Iklim: Penilaian, Pemetaan dan Adaptasi Berbasis Masyarakat Pada Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Malaria” guna meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kecenderungan peningkatan kasus penyakit DBD dan Malaria.

"Kondisi iklim yang mulai berubah sangat berpengaruh terhadap perkembangan vektor penyebab penyakit di suatu daerah. Hal ini akan diperkuat dengan melemahnya daya tahan tubuh manusia," ungkap Prof. dr. Tjandara Yoga Aditama, Sp(K), MARS, Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI.


Hal ini disampaikan beliau pada saat acara peresmian Kick Off Meeting proyek Kajian Kerentanan Kesehatan Akibat Perubahan Iklim: Penilaian, Pemetaan dan Adaptasi Berbasis Masyarakat Pada Penyakit Demam Berdarah Dengue dan Malaria” guna meningkatkan kesiapsiagaan terhadap kecenderungan peningkatan kasus penyakit DBD dan Malaria, di Hotel Nalendra, Jakarta  Timur, Rabu 27 Maret 2013.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Direktur Lingkungan Hidup Badan Pembangunan Nasional (Bappenas), serta perwakilan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI, Sekretariat ICCTF, UNDP, dan Universitas Indonesia.

Tjandra mengungkapkan, dari kajian ini diharapkan dapat diperoleh model proyeksi perubahan iklim terkait insiden penyakit DBD dan Malaria berikut peta distribusi wilayah rentan di 21 kabupaten/kota di Indonesia.

Ke-21 kabupaten/kota tersebut tersebar di Provinsi Sumatera Barat (Kota Padang, Kabupaten Padang, Kabupaten Agam, dan Kabupaten Padang Panjang), Provnsi DKI Jakarta (Jakarta Pusat dan Jakarta Utara), Provinsi Banten (Kota Tanggerang dan Kabupaten Tanggerang), Provinsi Jawa Timur (Kota Surabaya, Kota Malang, Kabupaten Malang, Kabupaten Sumenep, Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Banyuwangi), Provinsi Bali (Kota Denpasar, Kabupaten Badung, dan Kabupaten Karang Asem), dan Provinsi Kalimantan Tengah (Kota Palangkaraya, Kabupaten Muara Teweh, Kabupaten Kotawaringin Barat, dan Kabupaten Kotawaringin Timur).


Dok.: PMU Proyek ICCTF - Kemenkes