Sejak pertama kali ditemukannya DBD di Indonesia pada tahun 1968 di Surabaya, penyakit ini terus mengalami peningkatan kasus dan perluasan wilayah penyebaran. Pada tahun 1968 wilayah endemis DBD hanya 2 provinsi dan 2 kota, lalu pada tahun 2009 meningkat menjadi 32 provinsi dan 382 kab./kota. Jumlah kasus DBD pada tahun 1968 yang tercatat sebesar 58 kasus selanjutnya mengalami peningkatan yang cukup drastis mencapai 158.912 kasus pada tahun 2009.
Gambar 1. Angka insiden DBD per 100.000 penduduk di Indonesia tahun 1968–2009 (Sumber gambar: Ditjen PP dan PL Depkes RI [2009] dalam Kementerian Kesehatan [2010]) |
Penyebab DBD
Virus Dengue
Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. DBD ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Aedes sp. yang terinfeksi virus Dengue. Virus Dengue tersebut memiliki empat jenis serotipe, yaitu Den-1, Den-2, Den-3, dan Den-4. Keempat serotipe virus Dengue dapat ditemukan di hampir seluruh wilayah Indonesia.Gambar 2. Struktur virus Dengue (Sumber gambar: Kementerian Kesehatan RI, 2011) |
Vektor DBD
Mekanisme Penularan DBD
Gambar 4. Siklus DBD dari infeksi pada nyamuk hingga infeksi pada manusia (Sumber: Kementerian Kesehatan RI, 2011) |
Gejala DBD
Gejala awal DBD tidak memiliki suatu tanda spesifik. Namun gejala tersebut dapat berupa panas tinggi tanpa sebab yang jelas dan muncul secara mendadak. Panas tersebut sepanjang hari selama 2–7 hari disertai dengan badan lemah/lesu dan nyeri ulu hati. Pada penderita yang terinfeksi DBD juga akan tampak bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah di kulit (bintik merah tidak akan menghilang setelah kulit diregangkan). Berikut adalah penjelasan lebih rinci mengenai gejala utama DBD.1. Demam
- Demam tinggi timbul mendadak dan terjadi sepanjang hari selama 3 – 7 hari.
- Turunnya demam menandai fase kritis dan biasanya terjadi setelah hari ke-3 hingga 6. Pada fase kritis dapat terjadi syok/renjatan.
2. Tanda Pendarahan
- Jenis pendarahan yang biasa terjadi pada pasien DBD adalah pendarahan kulit, antara lain petekie, purpura, ekimosis, dan pendarahan konjungtiva.
- Untuk membedakan petekie dengan bekas gigitan nyamuk dapat dilakukan dengan cara menekan bintik merah yang dicurigai dengan kaca obyek atau penggaris plastik transparan, atau dengan meregangkan kulit. Jika bintik merah menghilang saat kulit ditekan/diregangkan maka bintik tersebut bukan petekie.
- Dugaan keras terhadap DBD dapat diperoleh dari hasil uji tourniquet dimana terdapat lebih dari 10 petekie pada area sekitar 1 inci persegi (2,8 cm x 2,8 cm) di lengan bawah bagian depan, termasuk pada lipatan siku.
3. Hepatomegali/Pembesaran Hati
- Pembesaran hati pada umumnya ditemukan pada permulaan penyakit dan dapat diraba sekitar 2 – 4 cm di bawah lengkungan iga kanan dan procesus xifoideus.
- Nyeri tekan pada hipokondrium kanan akan lebih tampak jelas pada anak besar daripada anak kecil.
4. Shock/Renjatan
- Kulit teraba dingin dan lembab, khususnya pada bagian ujung hirung, jari tangan, dan jari kaki
- Gelisah
- Sianosis di sekitar mulut
- Nadi cepat, lemah, kecil hingga tidak teraba
- Perbedaan tekanan nadi sistolik dan diastolik menurun ≤ 20 mmHg
Apa yang harus dilakukan jika ditemukan orang sakit dengan gejala awal DBD?
- Tirah baring selama demam
- Antipiretik (parasetamol) 3 kali 1 tablet untuk dewasa, 10 – 15 mg/ kgBB/kali untuk anak-anak. Pasien tidak boleh diberikan asetosal, salisilat, dan ibuprofen karena dapat menyebabkan nyeri pada ulu hati akibat gastritis atau pendarahan.
- Kompres hangat
- Minum banyak (1 – 2 liter/hari), pasien dapat meminum seluruh cairan berkalori kecuali carian berwarna cokelat dan merah (susu cokelat dan sirup merah)
- Jika terjadi kejang, jaga agar lidah pasien tidak tergigit, melonggarkan pakaian pasien, dan tidak memberikan apapun melalui mulut pasien selama kejang
- Jika dalam 2 – 3 hari panas tidak turun atau panas turun disertai timbulnya gejala dan tanda lanjut seperti pendarahan di kulit, muntah-muntah, gelisah, dan mimisan, pasien sebaiknya segera dibawa ke dokter atau unit pelayanan kesehatan untuk mendapat pemeriksaan dan pertolongan lebih lanjut.
Cara Pencegahan DBD
Vaksin untuk pencegahan terhadap infeksi virus dan obat untuk penyakit DB/DBD belum ada dan masih dalam proses penelitian, sehingga pengendaliannya terutama ditujukan untuk memutus rantai penularan, yaitu dengan pengendalian vektornya. Pengendalian vektor DBD di hampir di semua negara dan daerah endemis tidak tepat sasaran, tidak berkesinambungan dan belum mampu memutus rantai penularan. Hal ini disebabkan metode yang diterapkan belum mengacu kepada data/informasi tentang vektor, disamping itu masih mengandalkan kepada penggunaan insektisida dengan cara penyemprotan dan larvasidasi.1. Melakukan pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
- Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air (contoh: bak mandi dan drum) minimal seminggu sekali
- Menutup rapat tempat penampungan air (contoh: tempayan, tangki air, drum)
- Menyingkirkan/mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air hujan
2. Pemberantasan jentik nyamuk
- Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik, seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, dan mujair
- Memberikan obat pembunuh jentik (larvasida) sesuai aturan, di tempat-tempat yang sulit dikuras atau daerah yang sulit air
3. Menghindari gigitan nyamuk
- Tidur menggunakan kelambu anti nyamuk
- Menggunakan obat anti nyamuk
- Memakai obat oles anti nyamuk
- Memasang kawat kassa di setiap ventilasi
4. Cara lainnya
- Tidak menggantung pakaian dalam maupun luar kamar
- Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak
- Mengganti air vas bunga dan minuman hewan peliharaan seminggu sekali
Referensi
- Kementerian Kesehatan RI. 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue.
- Kementerian Kesehatan RI. 2010. Buletin Jendela Epidemiologi, Vol. 2.
- Leaflet Cegah DBD dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2012